FIG. 13.27 & 13.28
Phase Locked Loop (PLL) adalah suatu rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengunci frekuensi dan fase sinyal masukan dengan sinyal referensi. Konsep dasar dari PLL melibatkan penggunaan umpan balik untuk mencapai keselarasan antara dua sinyal, sehingga menghasilkan sinyal keluaran yang stabil dan terkoordinasi. Rangkaian ini terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk detektor fase, pengganda frekuensi, dan filter, yang bekerja sama untuk memastikan bahwa sinyal keluaran mengikuti sinyal referensi dengan akurasi tinggi.
PLL banyak digunakan dalam berbagai aplikasi di bidang teknologi dan komunikasi. Salah satu aplikasi utamanya adalah dalam demodulasi sinyal, di mana PLL dapat digunakan untuk mengekstrak informasi dari sinyal yang dimodulasi. Selain itu, PLL juga berperan penting dalam pengendalian frekuensi osilator, yang memungkinkan perangkat untuk menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang tepat dan stabil. Dalam sistem komunikasi, PLL digunakan untuk sinkronisasi frekuensi antara pemancar dan penerima, sehingga memastikan bahwa data yang dikirim dan diterima dapat diproses dengan benar.
- Melengkapi tugas mata kuliah elektronika yang ditugaskan oleh Bapak Darwison, M.T
- Memahami prinsip kerja dari PLL
- Mengamati respons tegangan output terhadap variasi parameter
A. Alat
1) Instrument
a. Oscilloscope
Osiloskop adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk menampilkan dan menganalisis bentuk gelombang sinyal listrik secara visual pada layar dalam bentuk grafik tegangan terhadap waktu.
Spesifikasi :
Pin Out :
2) Generators
a. Generator Sinus
Generator sinus adalah alat yang
menghasilkan sinyal berbentuk gelombang sinusoidal, yaitu gelombang halus dan
berulang yang umum ditemui dalam sistem listrik AC dan komunikasi. Generator
sinus berbentuk gelombang sinusoidal secara periodik. Gelombang sinus adalah
bentuk sinyal analog paling dasar dan sangat penting dalam dunia teknik
elektro, terutama dalam bidang elektronika analog, komunikasi, dan sistem
tenaga listrik.
Spesifikasi :
Frekuensi: 1 Hz – 1 MHz (umum)
Amplitudo: 0 – 10 Vpp (dapat diatur)
THD: < 1% (distorsi rendah)
Kontrol: Potensiometer/manual
atau digital
Sumber daya: DC (5V/12V) atau AC
220V
IC umum: XR2206, ICL8038, op-amp
(Wien Bridge)
Aplikasi: Pengujian audio,
osiloskop, eksperimen sinyal
b. Generator Pulse
Generator pulsa adalah perangkat
elektronik yang digunakan untuk menghasilkan sinyal pulsa dalam bentuk
gelombang kotak (square wave) atau pulsa pendek dengan frekuensi dan durasi
tertentu. Alat ini bekerja dengan menciptakan sinyal digital berupa tegangan
tinggi dan rendah yang berulang secara periodik, dengan karakteristik seperti
frekuensi, lebar pulsa (pulse width), dan duty cycle yang dapat disesuaikan.
Spesifikasi :
Frekuensi: 1 Hz – 10 MHz (umum),
bisa lebih tinggi
Lebar Pulsa (Pulse Width): 10 ns
– beberapa ms (dapat diatur)
Duty Cycle: 1% – 99% (adjustable)
Amplitudo Output: 0 – 5 V / 0 –
10 V (TTL, CMOS, adjustable)
Rise/Fall Time: < 10 ns
(tergantung model)
Kontrol: Manual (potensiometer)
atau digital (keypad/LCD)
Output Mode: Single, burst, atau
continuous
Sinkronisasi: Bisa sinkron dengan
eksternal clock atau trigger
Aplikasi: Uji respon logika
digital, clock eksternal, pemicu osiloskop, simulasi sinyal
B. Bahan
1) Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Satuan nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm.
Spesifikasi dari Resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan ke dalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu.
Spesifikasi :
Resistor adalah komponen elektronika pasif yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena dia berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Bila kita menginginkan arus yang besar maka kita pasang resistor yang nilai resistansinya kecil, mendekati nol atau sama dengan nol atau tidak dipasang sama sekali dengan demikian arus tidak lagi dibatasi. Resistor berfungsi sebagai Penghambat arus listrik, Sebagai tahanan arus listrik agar listrik yang melewati resistor di hambat melalui karbon yang berada di dalam tubuh resistor menjadi di perkecil apabila resistansinya besar, Sebagai tahanan arus listrik agar listrik yang melewati resistor di hambat melalui karbon yang berada di dalam tubuh resistor menjadi di perkecil apabila resistansinya besar.
2) Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronik
yang berfungsi untuk menyimpan energi dalam bentuk muatan listrik. Kapasitor
terdiri dari dua konduktor (biasanya berupa pelat logam) yang dipisahkan oleh
bahan isolator yang disebut dielektrik. Ketika tegangan diterapkan pada
kapasitor, muatan listrik akan terakumulasi pada pelat-pelat konduktor,
sehingga menciptakan medan listrik di antara keduanya.
Spesifikasi :
3) Transistor
Transistor adalah komponen elektronik yang
berfungsi sebagai penguat sinyal, saklar, atau pengatur arus dalam rangkaian
listrik. Transistor terbuat dari bahan semikonduktor, biasanya silikon, dan
memiliki tiga terminal: emitter (E), base (B), dan collector (C). Ada dua jenis
utama transistor, yaitu transistor bipolar (BJT) dan transistor efek medan
(FET).
Spesifikasi :
Type - NPN
Collector-Emitter Voltage: 35 V
Collector-Base Voltage: 35 V
Emitter-Base Voltage: 5 V
Collector Current: 2.5 A
Collector Dissipation - 10 W
DC Current Gain (hfe) - 100 to
200
Transition Frequency - 160 MHz
Operating and Storage Junction
Temperature Range -55 to +150 °C
Package - TO-126
Pin :
Collector (C) → Tempat arus masuk
(NPN) atau keluar (PNP) dari beban.
Base (B) → Terminal kontrol,
digunakan untuk mengatur hidup/matinya arus.
Emitter (E) → Tempat arus keluar
(NPN) atau masuk (PNP), menuju ground atau suplai.
Konfigurasi Transistor:
Konfigurasi Common Base adalah konfigurasi
yang kaki Basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun
OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Base,
sinyal INPUT dimasukan ke Emitor dan
sinyal OUTPUT-nya diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya
di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga sering disebut dengan istilah
“Grounded Base”. Konfigurasi Common Base ini menghasilkan Penguatan Tegangan
antara sinyal INPUT dan sinyal OUTPUT namun tidak menghasilkan penguatan pada
arus.
Konfigurasi Common Collector (CC) atau
Kolektor Bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawan dengan Common Base
(Basis Bersama). Kalau pada Common Base menghasilkan penguatan Tegangan tanpa
memperkuat Arus, maka Common Collector ini memiliki fungsi yang dapat
menghasilkan Penguatan Arus namun tidak
menghasilkan penguatan Tegangan. Pada Konfigurasi Common Collector, Input
diumpankan ke Basis Transistor sedangkan Outputnya diperoleh dari Emitor
Transistor sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk
INPUT maupun OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama (Common Collector) ini sering
disebut juga dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal
Output pada Emitor hampir sama dengan tegangan Input Basis.
Konfigurasi Common Emitter (CE) atau Emitor
Bersama merupakan Konfigurasi Transistor yang paling sering digunakan, terutama
pada penguat yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus secara bersamaan. Hal
ini dikarenakan Konfigurasi Transistor dengan Common Emitter ini menghasilkan
penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan sinyal Output. Common
Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor
di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi
Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan ke Basis dan sinyal OUTPUT-nya
diperoleh dari kaki Kolektor.
4) Op-Amp
Op-Amp (Operational Amplifier) adalah
penguat tegangan (voltage amplifier) yang memiliki penguatan sangat tinggi,
digunakan untuk memperkuat sinyal analog, melakukan operasi matematika (seperti
penjumlahan, pengurangan, integrasi, dan diferensiasi), serta sebagai komponen
inti dalam berbagai rangkaian elektronik analog. Op-amp biasanya dikemas dalam
bentuk IC (Integrated Circuit) seperti IC 741, dan memiliki dua input
(inverting dan non-inverting) serta satu output.
Pin Out :
Spesifikasi :
5) ADDA Converter
a. IC 565
IC 565 adalah sebuah Phase Locked Loop
(PLL) monolitik yang umum digunakan dalam aplikasi sinkronisasi frekuensi,
demodulasi FM, pengganda frekuensi, dan sistem kontrol otomatis. IC ini bekerja
dengan cara mengunci fase sinyal input terhadap sinyal dari osilator internal
(VCO – Voltage Controlled Oscillator) melalui sebuah detektor fasa. Ketika
frekuensi input cocok dengan frekuensi dari VCO, maka sistem akan
"terkunci" (locked), dan VCO akan mengikuti perubahan frekuensi
input. IC 565 memiliki dua bagian utama, yaitu phase comparator dan VCO, serta
menyediakan pin output untuk frekuensi VCO dan loop filter eksternal. Tegangan
kerja umumnya antara 5V hingga 12V, dengan range frekuensi operasi sekitar
0,001 Hz hingga lebih dari 500 kHz tergantung konfigurasi komponen eksternal.
Spesifikasi :
Fungsi: Phase Locked Loop (PLL)
Tegangan kerja: 5V – 12V DC
Rentang frekuensi VCO: 0,001 Hz –
500 kHz (tergantung RC eksternal)
Tegangan output VCO: ~0,5 V
hingga Vcc – 1,5 V
Arus maksimum: ±1 mA pada output
Komponen utama: VCO + phase
comparator
Tipe keluaran: Gelombang kotak
(VCO out)
Aplikasi: Demodulasi FM, detektor
fasa, sinkronisasi sinyal, pengganda frekuensi
Paket IC: DIP 14 pin
Pin Out :
b. Decade Counter
Decade counter adalah rangkaian logika
digital yang digunakan untuk menghitung pulsa dalam satuan kelipatan sepuluh
(basis 10). Counter ini akan menghitung dari 0 hingga 9, lalu kembali ke 0
secara berulang setiap kali menerima pulsa clock. Biasanya dibentuk dari
flip-flop yang diatur sedemikian rupa agar membatasi hitungan hanya sampai 10
keadaan (0000 sampai 1001 dalam biner). Salah satu contoh populer dari decade
counter adalah IC 4017, yang memiliki 10 output aktif secara bergantian. Decade
counter banyak digunakan dalam pengendali lampu sekuensial, tampilan digital,
sistem waktu, dan pembagi frekuensi, karena mampu mengubah pulsa clock menjadi
keluaran logika bertahap sesuai urutan.
Spesifikasi :
Jenis hitungan: Basis 10 (0–9)
Input: Pulsa clock
(rising/falling edge)
Output: 10 output aktif
bergantian (Q0–Q9)
Contoh IC: CD4017, 74LS90
Tegangan kerja:
CD4017: 3V – 15V
74LS90: 4,75V – 5,25V
Tipe keluaran: TTL atau CMOS
(tergantung IC)
Reset: Tersedia pin reset untuk
mengatur ulang ke 0
Kecepatan maksimum:
CMOS (CD4017): hingga 5 MHz
TTL (74LS90): hingga 42 MHz
Aplikasi: Lampu sekuensial,
timer, pembagi frekuensi, penghitung digita
Pin Out :
6) Komponen Input
a. Switch
Switch atau saklar adalah komponen
elektronik atau elektromechanical yang berfungsi untuk menghubungkan atau
memutuskan aliran arus listrik dalam suatu rangkaian. Konsep dasarnya adalah
membuka dan menutup jalur konduksi, seperti pintu yang mengizinkan atau
menghalangi aliran elektron. Ketika switch dalam kondisi tertutup (ON), arus
listrik dapat mengalir bebas melalui rangkaian; sebaliknya, ketika switch dalam
kondisi terbuka (OFF), jalur arus terputus dan tidak ada aliran listrik.
Switch digunakan dalam berbagai aplikasi,
mulai dari perangkat sederhana seperti lampu rumah hingga sistem kompleks
seperti komputer, otomasi industri, dan kontrol elektronik. Ada berbagai jenis
switch, seperti toggle switch, push button, rotary switch, DIP switch, dan reed
switch, masing-masing dengan karakteristik dan cara kerja yang berbeda.
A. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir pada suatu rangkaian dan berfungsi sebagai terminal antara dua komponen elektronika. Tegangan pada suatu resistor sebanding dengan arus yang melewatinya (V=I R).
Simbol :
Cara menghitung nilai resistansi resistor dengan gelang warna:
Masukkan angka langsung dari kode warna gelang pertama
Masukkan angka langsung dari kode warna gelang kedua
Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ketiga
Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10(10^n)
Rumus :
B. Kapasitor
Adapun
rangkaian HPF +40dB/dec adalah seperti pada rangkaian dibawah. Dari rangkaian
terlihat bahwa sinyal input diserikan dengan kapasitor C, sehingga sinyal input
yang berfrekuensi diatas frekuensi cut-off akan dilewatkan dan sebaliknya
dibawah frekuensi cut-off akan diredam atau dilemahkan. Pelemahan terjadi
karena reaktansi XC akan semakin besar apabila frekuensi semakin kecil seperti
hubungan berikut.
Simbol :
Cara menghitung nilai kapasitor :
- Masukan 2 angka pertama langsung untuk nilai
kapasitor.
- Angka ke-3 berfungsi sebagai perpangkatan (10^n)
nilai kapasitor.
- Satuan kapasitor dalam piko farad.
- Huruf terakhir menyatakan nilai toleransi dari
kapasitor.
Nilai kapasitor
(104J) : 10 * 10^4 pF = 10^5 pF = 100nF; toleransi 5% = ± 95nF sampai 105nF
Kapasitor adalah komponen
elektronika pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara.
Daftar nilai toleransi kapasitor
:
- B = 0.10pF
- C = 0.25pF
- D = 0.5pF
- E = 0.5%
- F = 1%
- G = 2%
- H = 3%
- J = 5%
- K = 10%
- M = 20%
- Z = + 80% dan -20%
Rumus kapasitor
C. Transistor
Transistor
adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai
basis, kolektor, dan emitor.
- Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan
elektron atau muatan negatif.
- Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan
negatif untuk keluar dari dalam transistor.
- Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan
negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Transistor Bipolar terdiri dari
dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP.
- Transistor NPN adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Kolektor ke Emitor.
- Transistor PNP adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor
ke Kolektor.
Rumus :
Konfigurasi transistor bipolar :
Cara mengukur transistor bipolar
Karakteristik input
Transistor adalah
komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya
didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah
emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis
yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan
basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor
seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis,
atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat
dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari
transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka
kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat
tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus
basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya,
arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
Karakteristik output
Sebuah transistor
memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah saturasi,
daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat,
transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian
digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah
breakdown biasanya dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu
besar.
Gelombang I/O Transistor
D. Op-Amp
Op-Amp adalah salah
satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik.
Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor
yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk
menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas.
Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga
dengan Penguat Operasional.
Karakteristik penguat ideal
adalah:
Impedansi input
sangat besar (Zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus
input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya
dapat dikuatkan.
Konfigurasi PIN LM741:
Spesifikasi:
Respons karakteristik kurva I-O:
Bentuk Gelombang I/O :
E. ADDA Converter
AD/DA
Converter (Analog to Digital dan Digital to Analog Converter) adalah rangkaian
atau modul elektronik yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog ke digital
(ADC) dan digital ke analog (DAC). Konverter ADC mengambil sinyal analog
(seperti tegangan sensor) dan mengubahnya menjadi representasi digital berupa
bit-bit biner, sehingga dapat diproses oleh mikrokontroler atau sistem digital.
Sebaliknya, DAC mengubah data digital menjadi sinyal analog berupa tegangan
kontinu, yang dapat digunakan untuk mengendalikan perangkat analog seperti
motor, speaker, atau aktuator. AD/DA converter sangat penting dalam sistem
tertanam, komunikasi, pengolahan sinyal, dan kendali otomatis, karena berfungsi
sebagai jembatan antara dunia nyata (analog) dan sistem digital. Akurasi
konversi ditentukan oleh resolusi (jumlah bit) dan kecepatan sampling dari
konverter tersebut.
Konfigurasi Pin:
Spesifikasi :
ADC (Analog to Digital
Converter):
- Resolusi: 8-bit, 10-bit, 12-bit, 16-bit, hingga
24-bit
- Tegangan input: 0 – 5V / 0 – 3.3V (umum)
- Kecepatan sampling: 1 ksps – ratusan Msps
(tergantung tipe)
- Tipe konversi: Successive Approximation (SAR),
Flash, Sigma-Delta
- Akurasi: Ditentukan oleh resolusi & kesalahan
linearitas
- Output: Data digital paralel atau serial (I2C, SPI)
DAC (Digital to Analog
Converter):
- Resolusi: 8-bit – 16-bit
- Tegangan output: 0 – 5V / 0 – 3.3V (umum)
- Tipe output: Tegangan analog atau arus
- Input digital: Paralel atau serial (I2C, SPI)
- Kecepatan update: Hingga MHz
Basic PLL Operation
1. Sebutkan tiga fungsi utama
dari rangkaian Phase Locked Loop (PLL) dalam sistem elektronika!
Jawab :
- Sinkronisasi frekuensi dan fase sinyal input dengan
sinyal internal (VCO).
- Demodulasi sinyal FM.
- Pengganda (multiplier) atau pembagi frekuensi.
2. Sebuah PLL menggunakan IC 565
dengan VCO. Jika nilai resistor eksternal R = 10 kΞ© dan kapasitor C = 0,01 Β΅F,
berapakah frekuensi output dari VCO?
Jawab :
Gunakan rumus IC 565 VCO:
πππΆπ
=1.2 / (π
⋅πΆ )
= 1.2 / (10k ⋅
0.01u)
= 12 ππ»π§
3. Apa perbedaan antara lock
range dan capture range pada sistem PLL?
Jawab :
- Lock range: Rentang frekuensi di mana PLL tetap
terkunci terhadap sinyal input setelah terkunci.
- Capture range: Rentang frekuensi di mana PLL bisa
mulai mengunci sinyal input dari kondisi bebas (unlock). Biasanya lebih
sempit dari lock range.
A. Prosedur
1) Rangkaian 13.27
- Buka aplikasi proteus.
- Pilih komponen yang diperlukan dalam rangkaian, seperti PLL (565), kapasitor, resistor, transistor dan lain-lain.
- Susunlah komponen seperti pada gambar rangkaian 13.27 lalu hubungkan tiap komponen menggunakan wire (kabel).
- Jalankan simulasi dan amati nilai tegangan input dan output yang terukur.
- Buka aplikasi proteus.
- Pilih komponen yang diperlukan dalam rangkaian, seperti PLL (565), kapasitor, resistor, op-amp, dan lain-lain.
- Susunlah komponen seperti pada gambar rangkaian 13.27 lalu hubungkan tiap komponen menggunakan wire (kabel).
- Jalankan simulasi dan amati nilai tegangan input dan output yang terukur.
B. Simulasi Rangkaian dan Prinsip Kerja
1) Rangkaian 13.27
Prinsip Kerja :
Rangkaian pada gambar merupakan frequency synthesizer yang menggunakan IC PLL 565. Prinsip kerjanya adalah IC 565 membandingkan fasa antara sinyal referensi dan sinyal umpan balik dari output VCO yang telah dibagi oleh decade counter. Jika terdapat selisih fasa, IC menghasilkan tegangan koreksi yang digunakan untuk menyesuaikan frekuensi VCO hingga kedua sinyal memiliki fasa yang sama (locked). Setelah terkunci, frekuensi output VCO menjadi stabil dan merupakan kelipatan dari frekuensi referensi tergantung pada nilai pembagi (N) di counter. Rangkaian ini umum digunakan untuk menghasilkan frekuensi yang presisi dan dapat dikendalikan.
2) Rangkaian 13.28
Prinsip Kerja :
Sinyal FSK (Frequency Shift
Keying) yang berisi data digital dengan dua frekuensi berbeda dimasukkan ke
input PLL. IC 565 akan mengunci (lock) pada salah satu frekuensi dan
menghasilkan tegangan DC pada output yang bergantung pada frekuensi input.
Tegangan output ini kemudian difilter dan diperkuat untuk menghasilkan sinyal
logika digital yang merepresentasikan data biner (‘0’ dan ‘1’). Dengan
demikian, rangkaian ini berfungsi mengubah sinyal FSK menjadi data digital
kembali.



Komentar
Posting Komentar