Inverting Adder Amplifier
Dalam bidang elektronika analog, penguat operasional (op-amp) merupakan komponen penting yang digunakan untuk memperkuat, memproses, dan menggabungkan sinyal. Salah satu konfigurasi yang sering digunakan adalah Inverting Adder Amplifier, yaitu rangkaian penjumlah sinyal yang bekerja dalam mode pembalik (inverting). Rangkaian ini memungkinkan beberapa sinyal input dijumlahkan secara linier dan menghasilkan satu sinyal output dengan fase yang dibalik terhadap input.
Inverting Adder Amplifier bekerja dengan menghubungkan beberapa sinyal input ke terminal inverting op-amp melalui resistor. Terminal non-inverting dihubungkan ke ground, dan output memberikan hasil penjumlahan dari sinyal-sinyal tersebut, yang dikalikan dengan faktor penguatan sesuai rasio resistor yang digunakan.
Salah satu aplikasi penting dari rangkaian ini adalah dalam sistem akuisisi data berbasis sensor. Misalnya, beberapa sensor seperti sensor suhu (thermistor), sensor cahaya (LDR), atau sensor jarak. Dengan menggunakan Inverting Adder Amplifier, sinyal dari berbagai sensor ini dapat dijumlahkan menjadi satu sinyal output yang mewakili gabungan kondisi dari lingkungan tersebut. Ini sangat bermanfaat dalam sistem monitoring atau pengendalian otomatis, seperti dalam sistem HVAC, otomasi industri, atau perangkat IoT (Internet of Things).
Dengan memahami prinsip kerja dan penerapan Inverting Adder Amplifier dalam pengolahan sinyal sensor, kita dapat merancang sistem yang efisien untuk mengintegrasikan dan menganalisis berbagai data sensor secara simultan dan real-time.
- Memahami prinsip kerja rangkaian Inverting Adder Amplifier.
- Menjelaskan cara kerja Inverting Adder Amplifier dalam sistem sensor.
- Melatih keterampilan merangkai rangkaian op-amp sederhana.
A. Alat
1)
Instrument
a. Baterai
Baterai adalah
perangkat yang terdiri dari satu atau lebih sel elektrokimia dengan koneksi
eksternal yang digunakan untuk memberi daya pada perangkat listrik (sumber
energi listrik).
Spesifikasi dan Pinout Baterai
:
- Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
- Output voltage: dc 1~35vMax.
- Input current: dc 14a
- Charging current: 0.1~10a
- Discharging current: 0.1~1.0a
- Balance current: 1.5a/cell max
- Max. Discharging power: 15w
- Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
- Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s,
lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
- Ukuran: 126x115x49mm
- Berat: 460gr
B. Bahan
1)
Resistor
Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki
nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur
arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika (V=I R). Jenis Resistor yang
digunakan disini adalah Fixed Resistor, dimana merupakan resistor dengan nilai
tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan subtrat isolator kemudian
dipotong berbentuk spiral. Keuntungan jenis fixed resistor ini dapat
menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah.
Spesifikasi:
2)
Potensiometer
Potensiometer adalah resistor yang resistansinya dapat diatur
sesuai kebutuhan, biasa desebut sebagai tahanan geser.
Spesifikasi :
3) Op-Amp
Lm741
Op-amp adalah
satu dari salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat
Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor
dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya
untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang
luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut
juga dengan Penguat Operasional.
Konfigurasi PIN LM741 :
4) Dioda
Dioda adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya
bersifat semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah
(kondisi panjar maju) dan menghambat arus dari arah sebaliknya (kondisi panjar
mundur).
Dioda adalah
komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari
arah sebaliknya. Sebuah Dioda dibuat dengan menggabungkan dua bahan
semi-konduktor tipe-P dan semi-konduktor tipe-N. Ketika dua bahan ini
digabungkan, terbentuk lapisan kecil lain di antaranya yang disebut depletion
layer. Ini karena lapisan tipe-P memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-N
memiliki elektron berlebih dan keduanya mencoba berdifusi satu sama lain
membentuk penghambat resistansi tinggi antara kedua bahan seperti pada gambar
di bawah ini. Lapisan penyumbatan ini disebut depletion layer.
Dioda dapat dibagi menjadi
beberapa jenis:
- Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge)
yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
- Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman
rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
- Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator
ataupun lampu penerangan.
- Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya.
- Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali.
Untuk menentukan arus
zenner berlaku persamaan:
Keterangan:
5) Transistor
Berfungsi
sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching),
stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga
dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus yang
cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada titik
jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor
sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus
base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada
kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada arus dari
kolektor ke emitor.
Spesifikasi :
- Bi-Polar Transistor
- DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
- Continuous Collector current (IC) is 100mA
- Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
- Base Current(IB) is 5mA maximum
6) Komponen Input
a. Relay
Relay adalah
Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay
menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga
dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang
bertegangan lebih tinggi.
Spesifikasi:
- Tipe relay: 5VDC-SL-C
- Tegangan coil: DC 5V
- Struktur: Sealed type
- Sensitivitas coil: 0.36W
- Tahanan coil: 60-70 ohm
- Kapasitas contact: 10A/250VAC, 10A/125VAC,
10A/30VDC, 10A/28VDC
- Ukuran: 196154155 mm
- Jumlah pin: 5
Konfigurasi Pin :
7) Komponen
Output
a. LED
Cara kerja LED:
Seperti
dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari
Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua
kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan
cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke
Katoda.
LED
terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan
junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah
proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang
murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika
LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke
Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah
yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type
material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan
memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
A. Resistor
Resistor
merupakan salah satu komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk membatasi
arus yang mengalir pada suatu rangkaian dan berfungsi sebagai terminal antara
dua komponen elektronika. Tegangan pada suatu resistor sebanding dengan arus
yang melewatinya (V=I R).
Cara menghitung nilai resistansi
resistor dengan gelang warna:
1. Masukkan angka langsung dari
kode warna gelang pertama
2. Masukkan angka langsung dari
kode warna gelang kedua
3. Masukkan angka langsung dari
kode warna gelang ketiga
4. Masukkan jumlah nol dari kode
warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10(10^n)
Resistor di pasaran
B. Dioda 1N4002
Dioda adalah
komponen elektronika yang terdiri dari dua kutub dan berfungsi menyearahkan
arus. Komponen ini terdiri dari penggabungan dua semikonduktor yang
masing-masing diberi doping (penambahan material) yang berbeda, dan tambahan material
konduktor untuk mengalirkan listrik.
Dalam ilmu fisika
dioda digunakan untuk penyeimbang arah rangkaian elektronika. Elektronika
memiliki dua terminal yaitu anoda berarti positif dan katoda berarti negatif.
Prinsip kerja dari anode berdasarkan teknologi pertemuan positif dan negative
semikonduktor. Sehingga anode dapat menghantarkan arus litrik dari anoda menuju
katoda, tetapi tika sebaliknya katoda ke anoda.
Dioda
digambarkan seperti sebuah switch/saklar dimana saklar tersebut hanya akan
bekerja di beri tegangan atau arah arus sesuai dengan polaritas kaki ioda itu
sendiri. Pada arah bias maju, bias kaki anoda diberikan tegangan (+) dan tegangan
(-) pada katoda maka dioda akan dapat mengalirkan arus pada satu arah.
Sedangkan pada arah arus mundur bias dimana kaki anoda diberi tegangan (-) dan
tegangan (+) pada katoda maka saklar menjadi terbuka atau saklar OFF.
Dioda dapat dibagi menjadi
beberapa jenis:
- Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge)
yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
- Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman
rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
- Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator
ataupun lampu penerangan.
- Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya.
- Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali.
Untuk menentukan arus
zenner berlaku persamaan :
Keterangan :
Grafik :
Pada
grafik terlihat bahwa pada tegangan dibawah ambang batas tegangan mundur
(reverse) sebuah dioda akan tembus (menghantar) dan tidak bisa menahan lagi.
Batas ini disebut dengan area tegangan breakdown dioda. Kondisi dioda pada area
ini adalah tembus atau menghantar dan tidak menghambat. Kemudian pada level
tegangan diantara tegangan breakdown dan tegangan forward terdapat area
tegangan reverse dan tegangan cut off. Pada area ini kondisi dioda adalah
menahan atau tidak mengalirkan arus listrik.
C. Transistor BC547
Transistor
adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai
basis, kolektor, dan emitor.
- Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan
elektron atau muatan negatif.
- Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan
negatif untuk keluar dari dalam transistor.
- Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan
negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Transistor Bipolar terdiri dari
dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP.
- Transistor NPN adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Kolektor ke Emitor.
- Transistor PNP adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor
ke Kolektor.
Rumus :
Konfigurasi transistor bipolar :
Cara mengukur transistor bipolar
Karakteristik input
Transistor
adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya
didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah
emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis
yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan
basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor
seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis,
atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat
dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari
transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka
kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat
tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus
basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya,
arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
Karakteristik output
Sebuah
transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif,
daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan
sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor
digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah
saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko
transistor menjadi hancur terlalu besar.
Gelombang I/O Transistor
D. Op-Amp
Penguat
operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut dengan op-amp,
merupakan penguat elektronika yang banyak digunakan untuk membuat rangkaian
detektor, komparator, penguat audio, video, pembangkit sinyal, multivibrator,
filter, ADC, DAC, rangkaian penggerak dan berbagai macam rangkaian analog
lainnya.
Op-amp pada
umumnya tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu yang memiliki karakteristik
mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa
yang terdapat di dalamnya.
Ada tiga karakteristik utama
op-amp ideal, yaitu;
1. Gain sangat besar (AOL
>>).
Penguatan open
loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau RF = tak
terhingga.
2. Impedansi input sangat
besar (Zi >>).
Impedansi
input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat
kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.
3. Impedansi output sangat
kecil (Zo <<).
Impedansi
output adalah sangat kecil sehingga teganganoutput stabil karena tahanan beban
lebih besar yang diparalelkandenganZo <<.
Adapun simbol op-amp adalah
seperti pada gambar 1
Gambar 1
dimana,
V1 adalah tegangan masukan dari
kaki non inverting
V2 adalah tegangan masukan dari
kaki inverting
Vo adalah tegangan keluaran
sehingga
Vo = AOL.Ed
= AOL.(V1 - V2)
Adapun
tegangan output maksimum yang dapat dihasilkan adalah:
Vo(max) = AOL.Ed(max)
= ± 2
Tegangan
output maksimum secara praktis dihasilkan sekitar 2Volt dibawah tegangan sumber
±Vs dan disebut juga sebesar tegangan saturasi ±Vsat .Gambar 65 memperlihatkan
kurva karakteristik hubungan Vi terhadapVo untuk rangkaian op-amp dengan
tegangan input dihubungkan ke kaki input non inverting (+) dan tegangan 0 Volt
(di ground) ke kaki input inverting(-). Sesuai dengan nama input op-amp yaitu
apabila input dimasukkan ke kaki non inverting (+) yang artinya tidak membalik
maka tegangan output yang dihasilkan adalah sefasa dengan tegangan input.
Seperti terlihat pada gambar1 yaitu saat input Vi bertegangan positif maka
output yang dihasilkan juga bertegangan positif dan sebaliknya.
Gambar 2. Rangkaian Op-Amp dengan
kurva karakteristik I-O
Dari kurva Karakteristik I-O tersebut amplifier bekerja pada
karakteristik yang membentuk hubungan linear artinya semakin besar Vi maka
semakin besar juga VO dan sebaliknya. Operasi amplifier menghindari output
dalam kondisisaturasi karena akan membuat cacat keluaran outputnya.
1. Amplifier
Inverting
Adapun rangkaian inverting amplifier adalah seperti gambar
113dimana sesuai dengan namanya yaitu dengan input dimasukkan ke kaki inverting
(pembalik) sehingga output akan dibalik atau beda fasa sebesar 180
derajat.
Untuk mencari turunan penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan
dahulu dengan input dc positif, seperti gambar 114. Dalam analisa rangkaian
amplifier disyaratkan op-amp bekerja ideal sehingga tegangan differensial
(selisih tegangan di kaki non inverting terhadap tegangan di kaki inverting)
Ed= 0, artinya VA (tegangan di titik A) = 0 sehingga arus yang melewati Ri sama
dengan arus yang melewati Rf karena arus yang masuk ke kaki inverting sangat
kecil karena sifat op-amp dimana impendasi (Zi) inputnya sangat besar. Adapun
rangkaian pengganti untuk menghitung arus I adalah seperti gambar 115.
Gambar 3. Rangkaian inverting
amplifier
Gambar 4. Rangkaian inverting
amplifier dengan input dc
Dari rangkaian gambar 114 dengan Ed = 0 maka VA = 0 sehingga
rangkaian dapat disederhanakan menjadi seperti gambar 51 untuk mencari
arus I.
Gambar 5. Rangkaian untuk
menghitung arus I
Dengan I = Vi/Ri, maka dapat
dicari ACL untuk gambar 5, yaitu;
a. Inverting Adder
Amplifier
Gambar 6. Rangkaian inverting
adder amplifier
Dari gambar 118 dengan memakai
hukum Kirchoff dimana arus masuk sama dengan arus keluar I = I1 +I2 +I3
sehingga arus di Rf sama dengan jumlah arus di R1, R2 dan R3. Syarat op-amp
ideal adalah Ed = 0 sehingga VA = 0 maka,
Jika input lebih dari 3 maka
dapat dipakai persamaan umum sebagai berikut:
Bentuk gelombang tegangan output
VO adalah seperti pada gambar 7
Gambar 7. Bentuk gelombang
tegangan output Vo dengan input tegangan dc
Rangkaian inverting adder
amplifier dengan 3 input bertegangan ac seperti gambar 8 dan hasil
simulasi pada gambar 9.
Gambar 8. Rangkaian inverting
adder amplifier dengan 3 input bertegangan ac
Gambar 9. Bentung gelombang
tegangan output VO dengan input tegangan ac
E. Sensor
Sensor adalah
sebuah perangkat atau komponen elektronik yang digunakan untuk mendeteksi
perubahan fisik di lingkungan sekitarnya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik
atau data yang dapat diukur dan dianalisis. Perubahan fisik yang dimaksud bisa
berupa suhu, cahaya, tekanan, kelembapan, gerakan, gaya, gas, dan sebagainya.
Sensor
digunakan untuk mengamati dan mengukur suatu besaran fisik, lalu mengirimkan
informasi tersebut ke sistem elektronik atau mikrokontroler untuk diproses
lebih lanjut, seperti dalam sistem otomatis, alat ukur, atau perangkat pintar
(smart devices).
1).
Sensor Jarak
NTC (Negative
Temperature Coefficient) adalah jenis termistor (thermal resistor) yang nilai
resistansinya menurun saat suhu meningkat. Sensor ini digunakan untuk mengukur
suhu secara tidak langsung dengan mendeteksi perubahan resistansi akibat
perubahan suhu.
NTC sering
digunakan dalam sistem pengukuran suhu sederhana, proteksi termal, dan
kompensasi suhu dalam rangkaian elektronik.
Prinsip kerja:
Prinsip kerja sensor NTC
(Negative Temperature Coefficient) didasarkan pada sifat material semikonduktor
yang digunakan di dalamnya, yaitu resistansi listriknya akan menurun seiring
dengan meningkatnya suhu. Saat suhu di sekitar sensor rendah, jumlah elektron
bebas dalam material semikonduktor sedikit, sehingga resistansi menjadi tinggi.
Sebaliknya, ketika suhu meningkat, energi panas akan melepaskan lebih banyak
elektron, sehingga meningkatkan konduktivitas dan menurunkan resistansi.
Perubahan resistansi ini tidak linier, tetapi dapat diukur secara akurat dengan
cara menghubungkan NTC ke rangkaian pembagi tegangan. Tegangan output dari
pembagi tegangan tersebut akan berubah sesuai dengan suhu yang terdeteksi, dan
dapat dibaca oleh sistem mikrokontroler melalui pin analog. Dengan demikian,
meskipun sensor NTC tidak langsung menghasilkan nilai suhu, perubahan
resistansinya bisa dikonversi menjadi tegangan yang merepresentasikan besaran
suhu.
Kurva karakteristik:
2) Sensor Flex
Sensor flex adalah komponen
elektronik yang digunakan untuk mendeteksi derajat lenturan atau tekukan suatu
permukaan. Sensor ini banyak digunakan dalam aplikasi wearable seperti sarung
tangan pintar, alat bantu rehabilitasi medis, game controller berbasis gerakan
tangan, dan sistem kontrol robotik. Sensor ini bekerja dengan mengubah
resistansinya saat dibengkokkan. semakin besar tekukan, semakin tinggi
resistansinya.
Prinsip kerja:
Saat cahaya
mengenai area aktif sensor (fotodioda internal), elektron dalam material
semikonduktor sensor dilepaskan, menghasilkan arus kecil. Arus ini kemudian
diperkuat oleh amplifier internal dan diubah menjadi tegangan analog. Tegangan
output tersebut akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya.
Dengan membaca
tegangan analog ini menggunakan mikrokontroler (seperti Arduino), kita bisa
mengetahui apakah kondisi sekitar terang atau gelap, dan bisa digunakan dalam
sistem seperti kontrol lampu otomatis, pengatur kecerahan layar, atau sistem
siang-malam.
Karakteristik:
- Jenis Sensor: Sensor posisi analog berbasis resistansi variabel.
- Output: Tegangan analog (via voltage divider) yang berbanding lurus dengan sudut tekukan.
- Resistansi: Sekitar 10 kΩ saat lurus, meningkat hingga 30–50 kΩ saat ditekuk (tergantung merek dan panjang).
- Tipe Output: Analog (perlu konversi ADC di mikrokontroler).
- Waktu Respons: Cepat, namun tidak cocok untuk sinyal berfrekuensi tinggi.
- Sudut Tekuk Optimal: Umumnya 0° – 90°, meski bisa lebih (terbatas oleh struktur fisik sensor).
- Fleksibilitas: Bisa dipasang di permukaan melengkung atau disematkan dalam kain.
- Ukuran: Panjang umum 2.2" hingga 4.5" (sekitar 5–11 cm).
- Tegangan Suplai: 3.3V – 5V (tergantung rangkaian pembaca).
- Tahan Lama: Namun akan aus jika terlalu sering dibengkokkan ekstrem.
- Kelebihan: Ringan, mudah digunakan, cocok untuk wearable.
- Kekurangan: Hanya output resistansi, perlu pengolahan tambahan.
3) Sensor PIR
PIR sensor adalah sensor yang
digunakan untuk mendeteksi gerakan manusia atau hewan berdasarkan perubahan
radiasi inframerah (panas tubuh) di sekitarnya. Sensor ini sering digunakan
dalam sistem alarm, lampu otomatis, dan sistem keamanan rumah.
Prinsip kerja:
PIR memiliki elemen peka
inframerah yang mendeteksi perubahan radiasi panas (dari tubuh manusia/hewan).
Saat seseorang bergerak di depan sensor, pola IR berubah dan PIR mengeluarkan
sinyal digital (HIGH).
Karakteristik:
Jenis Output: Digital (HIGH saat mendeteksi gerakan)
Kekurangan: Tidak bisa mendeteksi objek diam
Kelebihan: Konsumsi daya rendah, deteksi tanpa kontak
Waktu Respons: ~0.3 – 1 detik
Tegangan Kerja: 4.5V – 20V
Waktu Delay & Sensitivitas: Dapat diatur (potensiometer di modul)
Sudut Deteksi: ~120°
Jarak Deteksi: 3 – 7 meter
Sound sensor adalah sensor yang
berfungsi mendeteksi suara. Module ini bekerja berdasarkan prinsip kekuatan
gelombang suara yang masuk. Di mana gelombang suara tersebut mengenai membran
sensor, yang berefek pada bergetarnya membran sensor. Dan pada membran tersebut
terdapat kumparan kecil yang dapat menghasilkan besaran listrik.
Prinsip Kerja:
Sensor suara umumnya menggunakan mikrofon kondensor (biasanya tipe electret) untuk menangkap gelombang suara. Ketika gelombang suara mengenai mikrofon, membran di dalamnya bergetar dan menghasilkan sinyal listrik kecil yang sebanding dengan tekanan akustik.
Mikrokontroler kemudian membaca sinyal tersebut untuk mengambil keputusan, misalnya menyalakan lampu saat mendeteksi suara keras seperti tepukan tangan.
Grafik Sensor Suara
1. Rangkaian inverting adder
amplifier
Prinsip Kerja :
Rangkaian ini bekerja dengan
menjumlahkan beberapa sinyal input (V1, V2, V3) yang diberikan melalui resistor
(R1, R2, R3) ke input inverting (-) op-amp. Setiap sinyal akan mengalami penguatan
terbalik (inversi) sesuai rasio antara resistor umpan balik (RF) dan resistor
inputnya masing-masing. Artinya, output adalah hasil penjumlahan tegangan input
yang diperkuat dan dibalik polaritasnya. Rangkaian ini umum digunakan dalam
sistem pengolahan sinyal analog untuk menggabungkan beberapa sumber tegangan
menjadi satu sinyal output yang terintegrasi.
Video Simulasi :
2. Rangkaian menggunakan
Sensor Jarak
Prinsip Kerja :
Sensor jarak akan aktif ketika
terdeteksi adanya orang dalam jarak < 5 meter, dan akan mengeluarkan
tegangan output sebesar 2,6 Volt lalu masuk ke kaki non inverting dari
detektor. Besar tegangan referensi pada detektor diatur menggunakan
potensiometer pada nilai 26%. Nilai dari tegangan input akan dibandingkan
dengan tegangan referensi, ketika tegangan input besar dari tegangan referensi,
maka nilai tegangan output akan sama dengan +Vsat. Lalu akan ada arus yang
mengalir ke basis transistor lalu ke emitter lalu ke ground, karena besar
tegangan pada transistor besar dari 0,6 Volt maka transistor akan aktif yang
menyebabkan akan ada arus yang mengalir dari baterai lalu ke relay, kolektor
emitter dan berakhir di ground. Arus pada relay akan mengaktifkan relay dan
menarik switch dari kanan ke kiri yang akan mengaktifkan kunci ganda pada pintu
dan jendela.
3. Rangkaian menggunakan Sensor Flex dan Touch
Prinsip Kerja :
Penggunaan sensor touch dan flex
pada rangkaian sebagai input Inverting adder amplifier. Sensor touch akan aktif
ketika terdeteksi adanya gerakan orang yang mencurigakan dan sensor flex akan
aktif ketika terdeteksi adanya pembengkokkan pada benda misalnya jendela atau
pintu. Ketika kedua sensor aktif, maka akan ada tegangan keluaran dari kedua
sensor sebesar 5 Volt dan masuk ke kaki inverting dari amplifier. Besar
tegangan output pada amplifier yaitu sebesar Vo = -Rf (V1/R1 + V2/R2) = -2
Volt. karena menggunakan transistor PNP maka akan ada arus yang mengalir dari
basis transistor menuju ke output amplifier. Karena terbaca nilai tegangan pada
transistor PNP kecil dari -0,6 Volt maka transistor akan aktif menyebabkan akan
ada arus yang mengalir dari supply lalu ke relay, kolektor, emitter dan
terakhir ke ground. Karena arus mengalir pada relay menyebabkan relay aktif dan
menarik switch dari kanan ke kiri yang mengakibatkan alarm menyala.
4. Rangkaian menggunakan Sensor Sound
Prinsip Kerja :
Sensor sound aktif saat
terdeteksi adanya suara dari alarm dan akan mengeluarkan tegangan output ke
kaki non inverting dari amplifier sebesar 5 Volt. Untuk nilai tegangan keluaran
dari Non Inverting amplifier yaitu sebesar Vo = (Rf/Rin + 1) Vin = +10 Volt.
Lalu akan ada arus yang mengalir ke basis transistor lalu ke emitter dan
berakhir di ground. Karena besar tegangan transistor besar dari 0,6 Volt maka transistor
aktif menyebabkan akan ada arus yang mengalir relay lalu ke kolektor, emitter
dan berakhir di ground. Karena arus mengalir di relay, maka relay akan aktif
dan menarik switch dari kanan ke kiri sehingga menghidupkan lampu.
Video Simulasi :
Download file Rangkaian Inverting Adder Amplifier [klik
disini]
Download file Aplikasi Rangkaian Inverting Adder Amplifier [klik disini]
Download Datasheet Resistor [klik
disini]
Download Datasheet Transistor [klik
disini]
Download Datasheet Op Amp LM 741 [klik
disini]
Download Datasheet Power Supply [klik
disini]
Download Datasheet Baterai [klik
disini]
Download Datasheet Buzzer [klik
disini]
Download Datasheet LED [klik
disini]
Komentar
Posting Komentar