MODUL 3
MODUL 3
Dalam
dunia elektronika, pemahaman konsep-konsep dasar listrik sangat penting untuk
membangun dan menganalisis rangkaian elektronik. Konsep-konsep ini saling
berkaitan dan membantu kita memahami bagaimana arus listrik mengalir, tegangan
terdistribusi, dan bagaimana mempermudah perhitungan dalam rangkaian yang
kompleks.
Hukum
Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan (V), arus (I), dan resistansi (R)
dalam sebuah rangkaian. Hukum Kirchhoff terdiri dari dua hukum yang mengatur
arus dan tegangan dalam rangkaian listrik. Voltage & Current Divider
membantu kita menghitung tegangan dan arus di cabang-cabang paralel dalam
sebuah rangkaian. Mesh dan Nodal merupakan dua metode analisis rangkaian yang
membantu kita menyelesaikan persamaan arus dan tegangan dalam rangkaian yang
kompleks. Thevenin membantu menyederhanakan rangkaian kompleks menjadi
rangkaian ekivalen yang lebih mudah dianalisa.
1. Dapat memahami prinsip Hukum Ohm.
2. Dapat memahami prinsip Hukum Kirchoff.
3. Dapat memahami cara kerja voltage dan current
divider.
4. Dapat membuktikan perhitungan arus dengan
menggunakan Teorema Mesh.
5. Dapat membuktikan perhitungan tegangan dengan
menggunakan Analisis Nodal.
6 Dapat menentukan tegangan ekivalen Thevenin dan
resistansi Thevenin dari rangkaian DC dengan satu sumber.
A. Alat
1. Instrumen
Multimeter
2. Module
3. Base Station
4. Jumper
B. Bahan
Resistor
Potensisometer
A. Resistor
Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :
Tabel Kode Warna Resistor
Perhitungan untuk resistor dengan 4 gelang warna:
Cara menghitung nilai resistor 4 gelang
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh:
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :
Cara Menghitung Nilai Resistor 5 Gelang Warna
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh:
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm.
B. Potensiometer
Potensiometer merupakan resistor
variabel yang nilai resistansinya dapat diubah dengan cara memutar tuasnya
untuk mendapatkan variasi arus. Potensiometer biasanya
digunakan untuk mengendalikan perangkat elektronik. Salah satu contohnya
seperti pengatur volume pada peralatan audio.
Potensiometer mempunyai 3 terminal, yaitu terminal A,
terminal B, dan wiper. Dimana prinsip kerjanya ketika terminal A
dan wiper dihubungkan maka nilai resistansinya semakin besar
jika tuasnya diputar ke kanan. Ketika terminal B dan wiper dihubungkan
maka nilai resistansinya semakin besar jika tuasnya diputar ke kiri. Sedangkan
ketika terminal A dan B dihubungkan maka pada potensiometer akan menunjukkan
nilai resistansi maksimum. Nilai resistansi ini akan selalu tetap dan
merupakan nilai resistansi total dari potensiometer.
C. Hukum Ohm
Hukum
Ohm pada dasarnya adalah hukum yang menjelaskan mengenai kaitan antara tegangan
atau beda potensial, arus listrik, serta hambatan di dalam rangkaian
listrik.
Jadi
Hukum Ohm ini adalah hukum dasar yang menjelaskan bahwa arus listrik yang
mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan tegangan yang didapatkannya,
tetapi arus berbanding terbalik dengan hambatan. Arus listrik dapat mengalir
melalui penghantar disebabkan karena adanya perbedaan tegangan atau beda
potensial yang ada di antara dua titik di dalam penghantar.
Bunyi
Hukum Ohm :
Bunyi
hukum Ohm yang dipaparkan oleh George Simon Ohm antara lain:
“Besarnya
arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar akan sebanding dengan
tegangannya, dalam suhu yang tetap.”
Dari
pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa perbandingan antara tegangan
dengan arus listrik disebut dengan hambatan.
D. Hukum Kirchhoff
Hukum
Kirchhoff ditemukan oleh Gustav Robert Kirchhoff yang merupakan ahli
fisika asal Jerman. Kirchhoff menjelaskan hukumnya tentang kelistrikan ke dalam
dua bagian, yaitu Hukum I Kirchhoff dan Hukum II Kirchhoff.
HUKUM I KIRCHOFF
Hukum
ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah
muatan listrik yang mengalir tidaklah berubah. Jadi, pada suatu percabangan,
laju muatan listrik yang menuju titik cabang sama besarnya dengan laju muatan
yang meninggalkan titik cabang itu. Nah, di fisika, laju muatan listrik adalah
kuat arus listrik. Oleh karena itu, bunyi Hukum I Kirchhoff lebih umum
ditulis:
"Jumlah
kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik cabang akan sama dengan
jumlah kuat arus listrik yang meninggalkan titik itu."
Hukum
I Kirchhoff biasa disebut Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current
Law (KCL).
besar kuat arus total yang melewati titik percabangan a secara matematis dinyatakan ∑Imasuk = ∑Ikeluar
yang besarnya adalah I1 = I2 + I3.
HUKUM II KIRCHOFF
Hukum
ini berlaku pada rangkaian yang tidak bercabang yang digunakan untuk
menganalisis beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup. Hukum II
Kirchhoff biasa disebut Hukum Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s
Voltage Law (KVL). Bunyi Hukum II Kirchhoff adalah:
"Jumlah
aljabar beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup adalah sama
dengan nol."
Versi lain Hukum II Kirchhoff, yaitu pada rangkaian tertutup, berbunyi: jumlah aljabar GGL (ε) dan jumlah penurunan tegangan (IR) sama dengan nol. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai: Σε + ΣIR = 0.
E.
Voltage & Current Divider
RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN
Rangkaian
pembagi tegangan adalah suatu rangkaian listrik yang dirancang untuk membagi
tegangan input menjadi tegangan yang lebih kecil pada beberapa resistor yang
terhubung secara seri atau paralel. Prinsip kerja dari rangkaian pembagi
tegangan dapat dijelaskan dengan menggunakan hukum Ohm dan aturan pembagian
tegangan Kirchhoff.
Prinsip
Kerja Rangkaian Pembagi Tegangan:
Resistansi
Total (Rtotal): Rangkaian pembagi tegangan terdiri dari dua atau lebih resistor
yang terhubung. Resistansi total dari rangkaian dapat dihitung dengan
menggabungkan resistansi-resistansi tersebut sesuai dengan koneksi (seri atau
paralel).
Hukum
Ohm: Hukum Ohm menyatakan bahwa arus dalam rangkaian sebanding dengan
tegangan dan invers sebanding dengan resistansi. Dalam rangkaian pembagi
tegangan, hukum Ohm digunakan untuk menghitung arus pada rangkaian.
I = Vin / Rtotal
Aturan
Pembagian Tegangan Kirchhoff: Aturan ini menyatakan bahwa dalam suatu simpul
(node) dalam suatu rangkaian listrik, jumlah aliran arus menuju simpul tersebut
sama dengan jumlah arus yang meninggalkan simpul tersebut. Dalam rangkaian
pembagi tegangan, aturan ini diterapkan untuk simpul pada kedua ujung resistor
pembagi.
Vin = V1 + V2 + ... + Vn
Dimana V1, V2, ..., Vn adalah tegangan pada masing-masing resistor.
Tegangan
Keluaran (Vout): Tegangan keluaran pada titik tertentu diambil dari resistor
tertentu dalam rangkaian. Tegangan pada setiap resistor dihitung dengan
menggunakan aturan pembagian tegangan Kirchhoff.
Vout
= Vin x (Rtarget / Rtotal)
Dimana Rtarget adalah resistansi resistor yang terhubung pada titik keluaran.
Dengan
memilih nilai resistansi yang sesuai, rangkaian pembagi tegangan dapat
menghasilkan tegangan keluaran yang merupakan fraksi dari tegangan input.
RANGKAIAN PEMBAGI ARUS
Rangkaian
pembagi arus menggunakan sifat rangkaian paralel, yaitu jumlah arus yang masuk
sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan. Rangkaian pembagi
arus membagi arus total yang masuk ke dalam cabang-cabang rangkaian sesuai
dengan perbandingan hambatan pada masing-masing cabang. Rumus untuk menghitung
arus pada cabang ke-n adalah:
In = I × Rn / Rtotal
Dimana In adalah
arus pada cabang ke-n, I adalah arus total yang masuk, Rtotal adalah
hambatan pengganti rangkaian paralel, dan Rn adalah hambatan pada
cabang ke-n.
F.
Teorema Mesh
Gambar Rangkaian Arus Mesh
Metode arus Mesh merupakan prosedur langsung untuk
menentukan arus pada setiap resistor dengan menggunakan persamaan simultan.
Langkah pertamanya adalah membuat loop tertutup (disebut juga mesh)
pada rangkaian. Loop tersebut tidak harus memiliki sumber tegangan, tetapi
setiap sumber tegangan yang ada harus dimasukkan ke dalam loop. Loop haruslah
meliputi seluruh resistor dan sumber tegangan. Dengan arus Mesh, dapat ditulis
persamaan Kirchoff’s Voltage Law untuk setiap loop.
G.
Teorema Thevenin
Teorema
Thevenin merupakan salah satu metode penyelesaian rangkaian listrik kompleks
menjadi rangkaian sederhana yang terdiri atas tegangan thevenin dan hambatan
thevenin yang terhubung secara seri. Beberapa aturan dalam menetapkan
Vth dan Rth, yaitu:
1. VTH adalah tegangan yang terlihat melintasi terminal
beban. Dimana pada rangkaian asli, beban resistansinya dilepas (open circuit).
Jika dilakukan pengukuran, maka diletakkan multimeter pada titik open
circuit tersebut.
2. RTH adalah resistansi yang terlihat dari terminal
pada saat beban dilepas (open circuit) dan sumber tegangan yang dihubung
singkat (short circuit).
H.
Analisis Nodal
Rangkaian
analisis node saling melengkapi dengan rangkaian analisis mesh. Rangkaian
analisis node menggunakan hukum Kirchhoff pertama, hukum Kirchhoff saat ini
(KCL). Seperti yang kita sebutkan di atas, namanya menyiratkan bahwa kita
menggunakan tegangan node dan menggunakannya bersama dengan KCL.
Analisis
node mengharuskan kita untuk menghitung tegangan node di setiap node sehubungan
dengan tegangan ground (node referensi), maka kita menyebutnya metode
node-voltage.
Analisis
node didasarkan pada aplikasi sistematis hukum Kirchhoff saat ini (KCL). Dengan
teknik ini, kita akan dapat menganalisis rangkaian linier apa pun.
Sebelum menggunakan metode ini, kita akan mendapatkan persamaan ‘n-1′, di mana n adalah jumlah
node termasuk node referensi. Menggunakan metode analisis rangkaian ini berarti
kita akan fokus pada tegangan node di rangkaian.
Sifat
rangkaian analisis node:
- Rangkaian analisis node menggunakan
hukum arus Kirchhoff (KCL)
- Untuk node ‘n‘ (termasuk node
referensi) akan ada persamaan tegangan node independen ‘n-1′
- Memecahkan semua persamaan akan
memberi kita nilai tegangan node
- Jumlah node (kecuali node
non-referensi) sama dengan jumlah persamaan tegangan node yang bisa kita
dapatkan.










Komentar
Posting Komentar